XtGem Forum catalog
+
Penanda Baru
Ke Bawah +

Pengalaman Ibu Fiva Berguru kepada Allah

Post by : Bahar

Berguru kepada Allah, kenal Abu Sangkan

Ini cerita pribadi sebetulnya, sebelum terlalu jauh dan lupa lagi. Aku tulis cerita singkat bagaimana proses saya mengikuti metoda Abu Sangkan agar dapat shalat yang khusyu’…. Insya Allah.

Suamiku suka mendatangkan ustadz-ustadzah ke kantornya untuk ceramah singkat 1 jam pas jam makan siang untuk mengisi rohani sejenak… salah satu orang yang dipanggil itu adalah Abu Sangkan… singkat cerita… aku semakin curiga karena setiap malam suamiku mencoba untuk latihan atau patrap yang sama sekali aneh menurutku. Mau ngadep Allah kok ngotot. Belum tentu benar apa yang diajarkannya.

Kemudian suatu saat, suamiku memanggil beliau ke rumah karena banyak teman-temannya yang ingin patrap di rumah dan juga aku ingin tahu seperti apa dia. Sebelumnya aku sempat juga menanyakan cara ajarannya ke guru-guruku di pengajian sekolahku. Menurut mereka asal tidak menambah atau mengurangi apa-apa yang wajib, suatu metoda boleh-boleh saja.

Saat diadakan di rumahku, maklum rumahku kecil, aku kosongkan rumah tengah agar kami bisa santai duduk di karpet. Mulailah acara itu. Kesan pertama aku lihat pak Abu Sangkan ini masih muda, baik, tapi koq nggak pake peci dan baju muslim, jauh dari seorang ustadz, lebih mirip teman kantor yang main ke rumah saja.

Pada saat ceramah aman-aman saja. Seperti biasanya orang berceramah, tapi… saat dilakukan praktek patrap, aku sulit untuk berkonsentrasi. Selain rumah kami berdekatan dengan tetangga, ada salah satu jamaah yang mulai memanggil-manggil nama Allah dengan keras dan kencang.

Aku mulai bingung, takut didengar oleh tetangga. Untung salah satu jamaah yang ikut adalah Pak RT, jadi sedikit aman. Dalam hatiku, jangan-jangan itu orang teriak karena kesurupan…iieeek… takut.

Dan hari pun usai. Ternyata benar. Ada tetanggaku yang persis di depan rumah dan beragama lain, ketakutan. Dia bertanya : “Pada ngapain tadi siang, koq ada yang teriak-teriak ?”. Disangkanya lagi ada pengobatan alternatif, karena tetanggaku itu tahu kalau aku ingin segera mempunyai keturunan dan sedang ada praktek di rumahku. Walah… Dengan penjelasanku seadanya, untung dia memaklumi saja. Padahal aku sendiri juga bingung.

Suamiku Belajar Patrap (Ihsan)

Mulailah malam-malam yang penuh dengan kebingungan. Kalau suamiku mau patrap, aku jadi marah-marah. Aku takut dia masuk aliran tertentu, dan sulit aku menerimanya, sampai-sampai pernah berantem mulut. Aku bilang, kalo benar cara shalat yang diajarkan, masak jadi mendingan shalat sendiri-sendiri dari pada berjamaah. Soalnya kalau dia lagi shalat, aku tidak tahan menunggu rakaat berikutnya…. Lamaaaa sekali. Sampai-sampai aku melamun ke sana kemari. Akhirnya aku yang nggak khusyu’… dan capek.

Ternyata suamiku pinter juga. Kami shalat jamaah magrib dan Isya seperti biasanya… lalu nonton tv sembari tiduran… dan akupun tertidur. Naaahh… saat aku tidur itulah dia pergi ke tengah ruangan, lampu dimatikan… dan mulai latihan. Lama-lama ketahuan aku juga. Dan aku bilang: “Ok kamu latihan tapi aku nungguin”. Takut nanti dia kesurupan.

Sekali waktu, aku di ruang komputer yang bersebelahan dengan ruang tamu. Dia mau patrap, aku bilang: “Ok”, lalu aku sibuk di komputer. Tiba-tiba dari ruang tamu terdengar suara orang ngorok. Aku panggil suamiku tapi tidak menyahut. Aku jadi deg-degan, Aku matikan komputer dan lari ke ruang tamu. Di situ aku lihat suamiku badanya terguncang dan mengeluarkan suara orang ngorok… Aduh apakah ini sakratul maut. Aku berdoa di belakangnya, jangan sampai mengganggu dia, takut kaget malah jadi parah. Aku berdoa terus: “Ya Allah, kalau cara ini engkau berikan agar kami dapat dekat dengan-Mu, tolong mudahkan. Tapi jika cara ini Engkau tidak ridhoi, maka jauhkan kami dari Abu Sangkan dan tolonglah kami”. Aku pun menangis sesegukan. Suamiku terganggu dan kaget melihat aku sudah di belakangnya dan menangis. Kami pun berpelukan… ternyata dia pun bingung.

Besoknya dia ternyata menanyakan hal tersebut ke Abu Sangkan. Dan setiap ada peristiwa yang aneh dia selalu menanyakan ke Abu Sangkan… Paling cerewet kali suamiku berkonsultasi dengannya. Aku masih belum setuju untuk diteruskan cara shalat khusyu seperti itu. “Biasa-biasa ajalah… kenapa sih”, aku bilang. “Lha yang itu juga biasa aja”, suamiku bilang. Aku nggak bisa terima. Tapi dengan cara ini memang aku lihat ada perkembangan yang drastis. Biasanya dia suka malas doa kalau habis shalat. Ini bisa lamaaa sekali bersimpuh di sajadah. Malah aku sudah tidur duluan setelah shalat jamaah yang dia atur agak tidak lama shalatnya sehingga kami masih bisa berjamaah. Beberapa kali dia mencoba agar aku mengikuti dia… tapi aku memang belum bisa. Dan akhirnya kami marah-marah… Ya sudah, balikin aja semua ke Allah, kalau memang ini benar, minta petunjuk dari Dia, dan akupun tidak berani untuk melarang dia karena aku tahu dia ingin memperbaiki ibadahnya. Dosa bagiku untuk melarangnya. Aku tahu dan lihat perubahan cara dia shalat dari hari ke hari dan saat dia shalat sunnat. Aku suka nyuri pandang melihat dia dengan shalatnya yang khusyuk. Aku pun luluh dan berdoa kepada Allah agar kami berdua diberi petunjuk…

Suamiku Mencoba Mempengaruhi Aku

Suamiku mencoba agar aku bisa. Kali ini di tempat kawannya yang telah lebih dulu ikut latihan (mencoba sendiri tanpa Abu Sangkan). Caranya lain lagi. Diawali hanya dengan ceramah singkat, lalu langsung pelatihan dengan cara seprti di-drill, Kali ini kamu harus memanggil Allah agak keras (jahar). Wah… caranya nggak kena untukku.

Suatu hari kami rekreasi ke Jogja dan Semarang. Tiap malam habis shalat jamaah kami berdua mencoba untuk patrap… tapi aku tetap tidak bisa. Dia memang gigih mencoba terus sampai-sampai aku bilang, “Wah patrap privat nih… sampai liburan juga dimanfaatkan”.

Suatu saat aku sedang sedih dan uring-uringan yang tidak karuan. Kucoba baca Al-Qur’an, dengerin ceramah… malah sampae jalan-jalan ke mall dengan teman-temanku, hatiku masih resah dan bete. Aku pikir ini mau datang bulan kali.

Malam harinya aku bilang masalahku ke suamiku, setelah shalat jamaah. Dia bilang: “Ayo dicoba, kalo nggak bisa ya udah”. Dia jagain aku kalau-kalau aku jatuh. Mulailah aku dengan latihan itu. Dan ternyata bisa dan aku terjatuh. Aku menangis lama dan bersimpuh di sajadah. Lalu perasaan galau itupun lenyap. Tenang sekali hatiku. Suamiku senang, tapiiii… aku masih tidak percaya. Lha aku memang lagi galau, jadi pantas lah aku nyambung ke Allah, karena aku lagi susah.

Sekali waktu pernah juga di kantor suamiku, tapi kali ini temannya yang ingin belajar setelah mendengar ceramah Abu Sangkan. Suamiku mencoba mempraktekkan di ruangannya dengan temannya karena temannya itu penasaran bagaimana pelatiahnnya. Temannya mencoba dengan bantuan suamiku. Aku tertegun di kamar itu, temannya dengan khusyuk mengikuti langkah-langkah suamiku dan dia berhasil. Sampai aku berpikir, aku aja kali yang nggak percaya dengan suamiku.

Pelatihan di Cibubur

Masih penasaran suamiku menyarankan untuk ikut pelatihan di Cibubur selama 2 hari 2 malam. Wah… gimana menghindarinya ? Aku males, lalu aku bilang: “Kalo aku nggakmens ya aku ikut, tapi kalo lagi mens nggak usah ya. Kan sayang nggak bisa ikut shalat”. Aku tahu saai itu seharusnya aku datang bulan. Tapi ternyata meleset. Mens-ku lebih cepat dari biasanya. Ada lagi cerita dari tetanggaku kalau di Cibubur itu sering ada yang kena kesurupan… iiiiiiek…. Aku takut, tapi dia menenangkan, “Kan kita ke sana bukan untuk kemah saja, tapi mendekatkan diri pada Allah”. Ya sudah. Hitung-hitung liburan lah, aku pikir. Aku masih merujuk lagi, kalau aku tidak nyaman di sana malamnya kita pulang aja. Aku bialng, “soalnya kan dekat Cibubur ke Bekasi”. “Ok”, dia bilang. “Bener lho ya”, aku tegaskan lagi.

Sampai di Cibubur, acara baru mulai. Tadinya dia mau tinggalkan aku di ruang ceramah dan dia pergi ke lapangan. Aku tidak mau, karena memang di sana tidak ada yang aku kenal.

Pada saat pelatihan, aku bisa nyambung ketika sujud. Dan akupun menangis. Mungkin minta tolong sama Tuhan… ya Allah lancarkanlah, dan jauhkanlah jika ini semua salah…

Hari sudah larut malam, suamiku menyarankan aku tidur di kamar temannya saja. Memang kami tidak memesan kamar karena dengan pertimbangan toh malamnya kami pulang. Aku di kamar sendirian dengan orang-orang yang tidak aku kenal, perempuan semua dan anak-anak. Suamiku ternyata tidur di aula, di lantai karpet. Aku masih uring-uringan ingin pulang, tapi capek. Ya sudah, akhirnya tertidur di masing-masing tempat.

Pagi-pagi sekali kami berdua shalat tahajud jam 4 pagi. Tapi koq yang lain masih tidur semua. Akupun bingung… ini pada latihan shalat khusyu tapi tahajud koq ditinggalkan ? (Belakangan kami tahu bahwa mereka baru selesai latihan di lapangan jam 2 pagi). Saat subuh barulah kami berjamaah dan ceramah daaan…

Pada saat latihan ini, aku terkejut lagi. Semua konsentrasi, lalu mulailah ada yang teriak-teriak, menangis, menggapai-gapai. Aku tidak bisa konsentrasi dan akupun mengintip ke sekelilingku. Apa lagi ini, aku pikir. Aku terus berdoa kepada Allah. Aku takut tapi aku tidak berteriak. Apa artinya aku tidak tahu. Ya sudah semua itu urusan Allah. Wallahu a’lam tapi di dalam hatiku akupun semakin penasaran dan pasrah pada Allah.

Siangnya dimulai lagi dengan ceramah dan masing-masing melatih agar dapat shalat khusyuk, Kali ini diajarkan oleh asistennya. Baru kali ini aku merasakan tanganku bergerak sendiri memohon kepada Allah, dan hatiku tenang tentram mengingat-Nya… akupun mengikuti saja.

Di tengah lapangan kami diminta untuk pasrah dan konsentrasi. Kami tiba-tiba seperti dibawa arus, akupun terduduk karena takut dan akhirnya jatuh di rumput dan mulai berguling. Aku sadar dan aku biarkan diriku apa maunya sembari terus membaca doa… lalu aku pun bangkit terduduk… Kulihat di sekelilingku… kecil sekali diriku, seperti setinggi rumput-rumput itu, malah lebih kecil lagi. Di saat itulah aku sadar. Untuk mencapainya memang diperlukan suatu proses dan kita harus pasrah pada Allah,… tergantung Allah apakah mau dipercepat atau tidak, yang penting berusaha dan berdoa selalu… Saat itu aku merasa betapa sombongnya diri ini, … hina, tidak ada apa-apanya… siapa yang bisa menolong aku … selain Allah. Orang-orang banyak di sekelilingku, tapi mana ada yang peduli. Masing-masing sibuk dengan dirinya. Akupun mulai menangis dan berterima kasih pada Allah. dengan cara apapun Dia masih memperhatikan aku. Ya Allah, aku hanya hamba-Mu yang hina, Engkaulah Yang Maha Menentukan… Allahu Akbar. Perasaanku sulit untuk diungkapkan. Yang jelas aku sadar, Allah itu ada di mana saja, saat senang, saat sedih, saat susah. Dia lebih dekat dari urat leher kita. Aku tidak kehilangan perasaan dekat seperti saat ini… Subhanallah…

Pulang dari sana, suamiku menanyakan kalau aku mau pulang atau tidur di sana semalam lagi, toh besok pagi juga sudah pulang… Masih dengan gengsiku, “Boleh asal kamu tidak tidur di lantai, nanti masuk angin”. Dia tidur di kamar Abu Sangkan dan Pak Haji. Malamnya dia SMS sebelum tidur, “Masih mau pulang ?”. Pagi harinya, kami berdua tetap shalat tahajud. Dan subuh berjamaah dengan yang lainnya. Ada sesuatu yang lain di hatiku, tetapi aku berusaha senormal mungkin… sholat subuhku lebih berarti dan nikmaaat sekali… seolah-olah Allah ada di hadapanku.

Setelah Cibubur

Sehari setelah dari Cibubur, aku pergi ke Bandung, sedangkan suamiku harus ke Serang. Saat kami di Stasiun Gambir, kami masing-masing shalat Subuh… Aneh, di tempat yang ramai dan hiruk pikuk itu, aku bisa konsentrasi dan shalatku rasanya khusyuuuuuuu’ sekali tidak ada yang mengganggu… Selesai shalat ternyata suamiku pun mengalami hal yang sama… seperti sedang di Arab saja… di depan Ka’bah… Alhamdulillah, dia pun melepaskan aku pergi dengan tenang dan pasrah, aku hanya bisa tersenyum…

Alhamdulillah sampai saat ini, kami bisa menikmati shalat jamaah yang lamaaa sekali… dan biasanya setelah Shubuh jam 5 kami suka lihat ceramah pagi di TV,… sampai jam 5.30. Ternyata akhir-akhir ini… kami tidak sempat lagi, karena setiap mau lihat tv sehabis shalat, acara ceramah di tv sudah selesai… tidak terasa bisa selama itu bertafakur di atas sajadah. Memang ada saat-saat di mana kita merasa kosong dan hampa shalatnya, tapi rasanya baru kali ini ada perasaan seperti itu… Dulu lewat saja shalat kami tanpa dianalisa nyambung atau tidaknya… Dan memang segala sesuatu itu harus ditekuni, dipelajari, dan diamalkan… Ya Allah Yang Maha Pandai membolak-balikkan hati, tetapkanlah hati ini dalam iman kepada MU… Amin.

Source :
Pengalaman Ibu Fiva

+

← Kembali
Comments
[2016-08-21 06:13] VsJPXb4KNU:

IMHO you've got the right anserw!

[2016-10-05 11:30] YFe0Ybzwy8of:

Umm, are you really just giving this info out for nonithg?


New Comments

Show
+ + +
Share on Facebook Share on Twitter

Post Terbaru

Kategori

Blogroll

Bahar Mario